Rabu, 23 Juli 2008

Golput Jangan Diposisikan Sebagai Ancaman

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
JAKARTA--Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid meminta agar warga yang tidak mau menggunakan hak pilih (golongan putih/golput) tidak diposisikan sebagai ancaman dalam demokrasi.

Dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Rabu, Hidayat mengatakan, jadikanlah golput sebagai pembelajaran bagi pemerintah, DPR dan rakyat untuk menghadirkan demokrasi yang lebih berkualitas.

Hal tersebut dikatakan Hidayat dalam forum "Leadership Camp Pemuda Al Azhar" di Wisma Haji Ciloto, Bogor. Acara tersebut diikuti 30-an pemuda-pemudi aktivis Masjid Agung Al Azhar, Jakarta sejak 22 hingga 27 Juli.

"Di AS yang katanya menjadi rujukan pelaksanaan demokrasi saja, angka golputnya mencapai 30-40 persen. Jadi, berapa banyak orang yang golput itu bukanlah ukuran kredibilitas pemerintah yang terbentuk dari sebuah pemilu," katanya.

Maka, lanjut Hidayat, yang terpenting sekarang adalah mendidik semua pihak untuk menghadirkan demokrasi yang berkualitas, dengan mendidik mereka untuk memilih dengan cerdas.

"Pelajari `track record` (rekam jejak) partai-partai, para pemimpin dan kader-kadernya. Dari situ angka golput akan terkurangi," katanya.

Secara bergurau, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, mengampanyekan golput justru bakal menguntungkan PKS.

"Sekarang ini kan, partai-partai sudah diidentikkan dengan warna-warna. Golkar dengan kuning, PDIP merah, PAN biru dan PKS putih. Jadi kalau membesarkan golput, berarti membesarkan PKS," ujarnya disambut tawa peserta camp.

Hidayat juga mengingatkan para pemuda agar mulai mempersiapkan diri untuk jadi pemimpin di masa yang akan datang.

Sebagai calon pemimpin, katanya, mereka harus mampu menjadi teladan bagi yang dipimpin dan juga mampu menunjukkan empati kepada yang dipimpin.

Dalam kondisi masyarakat yang prihatin, lanjutnya, janganlah tampil bermewah-mewah dengan mobil dan pesta yang mewah.

Demikian pula dengan cara berpakaian, katanya, sebaiknya juga sederhana saja.

"Negeri kita panas, nggak usahlah sering-sering pakai jas. Kalau pakai jas, akhirnya terpaksa menghidupkan AC lebih dingin. Kalau AC lebih dingin, itu artinya listrik jadi lebih boros. Di Cina saja, AC di kantor-kantor pemerintah diset 24 derajat Celcius," tuturnya. pur

Sumber : http://www.republika.co.id/launcher/view/mid/19/news_id/1273

Tidak ada komentar: