Rabu, 13 Agustus 2008

PKS Maju Ditengah Badai

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
INILAH.COM, Jakarta – Prestasi PKS orisinil dan jelas. Sejak awal hadir lewat Pemilu 1999, lompatan demi lompatan diayunkan di tengah badai. Di Pemilu 2009, mereka siap melompat lebih tinggi, bahkan mengancam dominasi parpol besar.

Salah satu kunci sukses PKS (Partai Keadilan Sejahtera) adalah kemampuan para elit dan kadernya dalam menebarkan jaringan sosial dan berdakwah. Mereka tak henti bergerak, dari tingkat lokal sampai nasional, dari kalangan marginal sampai para pengambil keputusan dan pemodal.

Pada 1999, ketika pertama kali hadir di belantika perpolitikan nasional, PKS dengan nomor urut 24 baru bisa meraup 1,4% suara. Di Pemilu 2004, mengusung nomor urut 16, PKS melesat dengan 8,3 juta suara atau 7% dari total jumlah suara.

Di Pemilu 2009, kebagian nomor urut 8 yang belakangan ramai dibicarakan banyak pihak, PKS bakal tampil dengan penuh percaya diri. Target tinggi mereka canangkan. Mereka membidik 28 juta suara atau 20% dari total pemilih.

Presiden PKS Tifatul Sembiring dan segenap keluarga besar parpol berbasis Islam moderat itu, tentu, menetapkan target tinggi itu bukan tanpa perhitungan. Dan, mereka pun pasti sudah menyusun strategi untuk menggapainya.

Salah satu cara yang sejak jauh hari didengungkan adalah PKS bersikap lebih terbuka. Antara lain, mereka membuka pintu lebar-lebar bagi kalangan non-muslim yang ingin bergabung.

Pendekatan lain yang tak kalah meyakinkan adalah penegasan PKS sebagai parpol Islam moderat, segar, bersih, berani, inovatif, dan selalu berorientasi kepada rakyat.

Banyak elit dan kader PKS pun percaya bahwa mereka punya potensi dan kesempatan menyodok lebih jauh di Pemilu 2009. Jadi ancaman terhadap dominasi parpol-parpol senior dan besar macam Golkar, PDI-P, PKB, dan PPP.

Bakal muluskah PKS?

Petensi ada, peluang pun terbuka. Tapi, pasti, bukan perkara mudah PKS merangsek di tengah badai berupa kritik dan kompetisi yang sangat ketat.

Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah Happy Susanto menilai, PKS masih sulit untuk jadi partai terkemuka. Bahkan, ia menuding PKS sebenarnya masih melakukan sebuah politik standar ganda (double standard).

Dalam pemikiran keagamaan, menurut Happy, PKS masih bersifat ideologis, sempit, dan eksklusif. Sebaliknya, kata Happy, dalam berpolitik PKS tampak mencoba bertindak inklusif, tidak ideologis, dan mengedepankan moralitas.

Di mata Happy, sebenarnya kedua faktor itu sama saja karena mengarah pada eksklusivisme. "Apa yang mereka perjuangkan dalam rentang begitu lama adalah bermuara pada kepentingan umat Islam dan kelompoknya semata," ujarnya.

Happy juga melihat, PKS tetaplah sebuah parpol Islamis yang eksklusif. Pola pikir dan agenda perjuangannya masih hampir sama dengan model gerakan Islam yang ada di Timur Tengah.

Sebagian pengamat politik juga melihat, pola pikir dan aktivitas keberagamaan PKS tidaklah mengalami 'indigenisasi' dengan perkembangan kebudayaan dan masyarakat Indonesia.

Bahkan, ungkap Happy, PKS hanya melakukan copy-paste kebudayaan dan pemikiran keagamaan yang ada di Timur Tengah seperti tercantum dalam buku-buku panduan tarbiyah Ikhwanul Muslimin dan pemikiran-pemikiran dari Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim, Hassan al-Banna, dan pemikir muslim konservatif lainnya.

Di sisi lain, ada juga ahli politik yang menyatakan bahwa PKS bukanlah parpol Islam yang fundamentalis. PKS, menurut mereka, justru mampu bermain cantik dalam kancah perpolitikan nasional. [Bersambung/I3]

Sumber : inilah.com

Tidak ada komentar: