Selasa, 22 Juli 2008

Inteligen : Saya Khilaf dan Minta Maaf

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

JAKARTA -- Pengamat intelijen Dr Wawan Hari Purwanto mengaku khilaf dan meminta maaf atas pernyataannya yang mengaitkan ajaran zakat, infak, dan shadaqah (ZIS) dalam Islam dengan pendanaan aksi terorisme. Dia juga membantah sebagai agen intelijen, apalagi bertugas untuk melakukan kampanye hitam (black campaign) terhadap Islam.

''Ini kekhilafan. Maka dengan hati yang tulus, lillahita'ala, saya menyatakan menyesal dan minta maaf. Saya tidak akan melakukan lagi hal yang akan dianggap menyerang agama yang saya anut,'' kata Wawan ketika ditelepon Republika, tadi malam.

Penegasan itu disampaikan Wawan setelah pada sore kemarin memberikan klarifikasi dalam jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Dalam beberapa hari terakhir, ulahnya mendapat kecaman terutama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Kalangan DPR juga bereaksi keras. ''Orang sakit yang mencurigai dana zakat untuk aksi terorisme. Itu sesat dan menyesatkan. Jangan cari popularitas dengan cara begitu,'' kata anggota Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi (BPD), Ali Mochtar Ngabalin.

Menteri Pertahanan (Menhan) Kabinet Bayangan di DPR, Yuddy Chrisnandi, menilai yang mengidentikkan terorisme dengan Islam merupakan pikiran yang sangat sesat. ''Dia harus meminta maaf secara terbuka kepada umat Islam,'' kata politikus Partai Golkar itu.

Anggota Komisi Hukum (III) dan Fraksi PKS, Soeripto, menilai pernyataan Wawan tidak mencerminkan seorang pengamat independen. ''Dia harusnya memberikan informasi yang akurat. Jangan sembarangan dan ceroboh, seakan-akan ada misi tertentu,'' kata tokoh intelijen ini. Gara-gara pernyataan itu, lanjut Soeripto, citra Islam di Indonesia kembali memburuk. Terutama citra lembaga zakat yang kini dicurigai jadi tempat mengumpulkan dana untuk terorisme.

Apakah pernyataan Wawan ada kaitannya dengan kegiatan intelijen yang gencar memojokkan Islam, Soeripto mengaku tidak tahu. Namun, ia menganalisis, Wawan membuat pernyataan itu di Semarang (Jawa Tengah) sebagai tempat pelatihan Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror yang bekerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutunya. ''Ia membangun opini seakan-akan untuk menyuplai informasi ke Densus,'' kata Soeripto.

Membantah rekayasa
''Saya tidak menyangka, kekhawatiran saya terhadap penyalahgunaan dana ZIS, kok jadi begini? Yakinlah, tak ada rekayasa dan tendensi apa pun untuk menyudutkan ajaran Islam,'' ujar peneliti dan dosen di sejumlah perguruan tinggi itu.

Dia mengaku sebagai seorang Muslim yang taat. ''Saya ini lahir di Kudus, sebuah kota santri. Saya juga menjadi panitia pembangunan sebuah masjid di Cijantung, Jakarta Timur, yang dananya juga dari ZIS,'' katanya. Bahwa ada sejumlah intelektual Muslim yang diperalat musuh Islam untuk melakukan serangan dari dalam, Wawan menepis sebagai bagian dari kelompok tersebut. ''Di dunia Barat saya malah gencar membela Islam dan tidak mungkin merusak agama sendiri yang rahmatan lil'alamin,'' katanya.

Pernyataannya mengenai zakat, ujar Wawan, adalah spontanitas ketika menjawab pertanyaan wartawan. Ia mencontohkan kasus di Arab Saudi yang penggunaan dana zakatnya diawasi oleh pemerintah untuk mencegah penyalahgunaan.

Namun, berdasarkan penelitiannya, selama ini tidak ada bukti bahwa dana zakat telah diselewengkan untuk kegiatan terorisme di Indonesia. Ia menegaskan, pernyataannya sekadar untuk kewaspadaan. ''Kalau dana zakat itu sampai disalahgunakan, maka yang akan terkena imbasnya umat Islam sendiri,'' katanya.

Sebagai peneliti yang aktif di Lembaga Pengembangan Ketahanan Nasional (LPKN), Wawan mengaku dekat dengan berbagai kalangan dari dunia Barat maupun Timur, baik dari pihak moderat maupun radikal. Kerjanya hanya meneliti atau memberikan ceramah mengenai wawasan kebangsaan seperti di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Departemen Pertahanan, Kejaksaan Agung, dan Badan Intelijen Negara (BIN) atau lembaga-lembaga intelijen TNI. ''Saya bukan anggota BIN, tapi suka ceramah di lembaga-lembaga intelijen,'' tukas Wawan.

Penulis buku Teroris Under Cover itu juga meyakini bahwa aksi terorisme sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam. ''Itu hanyalah oknum yang mengatasnamakan dan ingin merusak Islam,'' tegasnya. zam/djo/evy

(ali)

Sumber : http://www.republika.co.id/launcher/view/mid/19/news_id/69

Tidak ada komentar: